Mampu berbicara dalam dua bahasa jelas memberikan keuntungan di era globalisasi ini. Seseorang dengan keterampilan berbahasa asing memiliki nilai plus yang meningkatkan daya saing dirinya. Beberapa tahun terakhir para ilmuwan mulai memperlihatkan bahwa bilingualisme memberikan keuntungan yang lebih mendasar daripada sekedar mampu berbicara dengan lebih banyak orang dalam bahasa berbeda. Ternyata menjadi bilingual membuat kita jadi lebih cerdas karena efeknya yang meningkatkan kemampuan kognitif otak. Apa sih yang dimaksud dengan kemampuan kognitif? Kemampuan kognitif adalah kemampuan otak untuk melaksanakan kemampuan intelektual seperti menghafal/mengingat, memahami sesuatu, menerapkan, menganalisa sampai dengan memecahkan masalah.
Pandangan terhadap bilingualisme ini berbeda dengan pemahaman tentang bilingualisme yang ada di sepanjang abad ke-20 lalu. Peneliti, ahli pendidikan dan pembuat kebijakan selama ini menganggap bahasa kedua adalah sesuatu yang mengganggu secara kognitif sehingga menghambat perkembangan akademis dan intelektual seseorang.
Sebetulnya mereka tidak salah jika mereka mengatakan bilingualisme menganggu. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa di dalam otak orang bilingual ditemukan sistem dua bahasa yang aktif bahkan jika ia sedang menggunakan salah satu bahasa saja. Jadi hal ini menciptakan situasi dimana satu sistem menghalangi yang lain. Namun para peneliti menemukan bahwa hal ini adalah sebuah ‘blessing in disguise’ karena otak mau tidak mau harus menyelesaikan konflik internal yang terjadi. Dengan demikian otak selalu diberikan latihan alias terus diasah sehingga lama kelamaan otot-otot kognitifnya menjadi lebih kuat.
Ada juga bukti-bukti lain dari sejumlah penelitian yang menyatakan bahwa pengalaman bilingual meningkatkan fungsi eksekutif di otak, sebuah sistem perintah yang mengarahkan proses atensi yang kita gunakan dalam membuat perencanaan, memecahkan persoalan dan melaksanakan berbagai kegiatan mental lainnya. Proses ini membuat seorang bilingual mampu mengabaikan distraksi sehingga bisa tetap fokus dengan apa yang sedang dikerjakan alias tidak mudah teralihkan perhatiannya. Contoh keadaan seperti ini adalah saat kita sedang menyetir kendaraan namun kita mampu mengingat urutan jalan dan arah untuk sampai ke tujuan.
Perbedaan utama antara bilingual dan monolingual adalah kemampuan dalam memonitor lingkungan. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk mengingat perubahan di sekitar kita, persis seperti saat kita sedang mengemudi tadi. Pengalaman bilingual ini mempengaruhi otak tidak hanya otak anak-anak namun juga orang dewasa. Jadi ada alasan kuat untuk percaya bahwa belajar bahasa asing, misalnya bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya di usia dewasa bukanlah hal yang tidak mungkin!
Sumber: http://www.nytimes.com/2012/03/18/opinion/sunday/the-benefits-of-bilingualism.html?smid=tw-share
Artikel bermanfaat, senang membacanya, ditunggu postingan berikutnya kakak